Beranda | Artikel
Hadis yang Menakutkan: 4 Perkara Jahiliyah - Syaikh Utsman Al-Khamis #NasehatUlama
Sabtu, 25 September 2021

Hadis yang Menakutkan: 4 Perkara Jahiliyah – Syaikh Utsman Al-Khamis #NasehatUlama

Beliau berkata, dan diriwayatkan dari Abu Malik al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ada empat perkara pada umatku yang berasal perkara jahiliyah. Mereka tidak akan meninggalkan empat perkara itu:
(1) membanggakan diri dengan kejayaan leluhur,

(2) mencela nasab,

(3) meminta hujan dari bintang-bintang, dan

(4) meratapi orang mati.”
Kemudian beliau bersabda, “Dan wanita yang meratapi mayit, jika tidak bertaubat sebelum meninggal dunia,
maka ia akan dibangkitkan di hari kiamat dengan memakai pakaian dari kuningan yang dilelehkan dan baju kurung dari penyakit kulit.” Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitab ash-Shahihnya. Sungguh hadits yang sangat menakutkan! Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Terdapat empat perkara pada umatku yang berasal perkara jahiliyah …” Maksud kata “Umatku”, yakni umat yang telah menerima dakwah beliau, yakni muslimin. Yang beliau -shallallahu ‘alaihi wa sallam- maksud, kaum muslimin. “Umatku”, yakni umat yang telah menerima dakwah beliau. Dan mereka adalah yang telah bersaksi tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, dan Muhammad utusan Allah. Mereka melakukan empat perkara itu.

Beliau bersabda, “Mereka tidak akan meninggalkan empat perkara itu.” Bukan berarti seluruh umat ini melakukannya, akan tetapi dari sebagian umat ada yang melakukan ini, ada yang sedikit melakukannya dan ada pula yang banyak. Mungkin di sebagian negeri, empat perkara itu dilakukan, di bagian negeri lain hanya tiga, dan di bagian negeri lain hanya dua, dan di bagian lain hanya satu. Di sebagian negeri terjadi penghinaan nasab, di negeri lain terjadi pembanggaan leluhur, di negeri lainnya terjadi peratapan mayit, dan di negeri lain dilakukan minta hujan kepada bintang-bintang.

Pada intinya, empat perkara ini ada di umat ini secara umum. “Empat perkara pada umatku yang berasal perkara jahiliyah.” Ketika beliau bersabda, “Berasal dari perkara jahiliyah”, maksudnya dari perbuatan dan ciri khas orang-orang jahiliyah. Yakni, mereka menirunya dari orang-orang jahiliyah. Mereka mencontohnya dari orang-orang jahiliyah. Mereka tetap melakukannya dengan cara orang-orang jahiliyah.

Dan seburuk-buruk panutan adalah perkara jahiliyah. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadikan empat perkara ini termasuk perkara jahiliyah, yakni termasuk perbuatan dan ciri khas jahiliyah: (1) membanggakan diri dengan kejayaan leluhur, (2) mencela nasab, (3) meminta hujan kepada bintang-bintang, Dan juga (4) meratapi orang mati. Dan disampaikan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, atau oleh Allah Tabaraka wa Ta’ala. Dengan berfirman, “Apakah hukum jahiliyah yang mereka inginkan?” Allah menyatakan segala hukum selain hukum Allah Tabaraka wa Ta’ala adalah hukum jahiliyah.

Dan disebutkan dalam firman Allah Tabaraka wa Ta’ala, “Mereka berprasangka kepada Allah yang tidak baik, prasangka jahiliyah.” Yakni prasangka orang-orang jahiliyah. Dan Dia Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Dan janganlah kalian bertabarruj jahiliyah.” Allah menjelaskan tabarruj ini sebagai tabarruj jahiliyah, yakni termasuk sifat orang-orang jahiliyah. Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala, “Dan Allah menjadikan dalam hati mereka keangkuhan jahiliyah.” Dan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,.. “Apakah kalian menyeru seruan jahiliyah, sedangkan aku berada di antara kalian?” Semua yang dinisbatkan pada jahiliyah menunjukkan itu adalah sesuatu yang tercela. Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan itu sebagai peringatan darinya, dan pencelaan terhadap perkara itu. Dan tabiat manusia itu sendiri, tidak suka jika disifati dengan kejahilan.

Tidak ada seorangpun yang suka dinisbatkan pada kejahilan. Oleh sebab itu, Ali bin Abi Thalib berkata,“Cukuplah ilmu itu bagimu … sebagai kebanggaan … karena orang yang tidak memilikinya juga ikut mengakuinya. … Dan cukup bagimu kejahilan itu sebagai perkara yang hina … karena orang yang jahil juga ingin menghindarinya.” Yakni orang yang memiliki sifat itu, juga ingin berlepas diri darinya. Jadi perkara jahiliyah.Nabi menyebutkannya dan menisbatkannya pada kejahilan agar orang-orang menjauhinya, dan menjadikan perbuatan ini buruk pada pandangan mereka.

==================================================

قَالَ وَعَنْ أَبِي مَالِكٍ الْأَشْعَرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ

أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ

أَرْبَعٌ فِي أُمَّتِي مِنْ أَمْرِ الْجَاهِلِيَّةِ

لَا يَتْرُكُونَهُنَّ

الْفَخْرُ بِالْأَحْسَابِ وَالطَّعْنُ فِي الْأَنْسَابِ

وَالِاسْتِسْقَاءُ بِالنُّجُوْمِ وَالنِّيَاحَةُ

ثُمَّ قَالَ وَالنَّائِحَةُ إِذَا لَمْ تَتُبْ قَبْلَ مَوْتِهَا

تُقَامُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَعَلَيْهَا سِرْبَالٌ مِنْ قَطِرَانٍ

وَدِرْعٌ مِنْ جَرَبٍ

أَخْرَجَهُ الْإِمَامُ مُسْلِمٌ فِي صَحِيحِهِ

حَدِيثٌ مُخِيفٌ جِدًّا

النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ أَرْبَعٌ فِي أُمَّتِي مِنْ أَمْرِ الْجَاهِلِيَّةِ

أُمَّتِي أَيْ أُمَّةُ الِاسْتِجَابَةِ أَيْ الْمُسْلِمُونَ

يَعْنِي الْمُسْلِمِيْنَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

أُمَّتِي هِيَ أُمَّةُ الِاسْتِجَابَةِ

وَهُمُ الَّذِينَ شَهِدُوا أَلَّا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ

عِنْدَهُمْ هَذِهِ الْأُمُورُ

قَالَ لَا يَتْرُكُونَهُنَّ

وَلَا يَعْنِي أَنَّ كُلَّ الْأُمَّةِ تَعْمَلُ هَذِهِ لَكِنْ

فِيهِ مِنَ الْأُمَّةِ مَنْ يَقُومُ بِهَذَا

بَيْن مُسْتَقِلٍّ وَمُسْتَكْثِرٍ

قَدْ تَكُونُ فِي بَعْضِ الْبِلَادِ الْأَرْبَعُ كُلُّهَا مَوْجُودَةً فِي بَعْضِ الْبِلَادِ ثَلَاثٌ مِنْهَا فِي بَعْضِ الْبِلَادِ

اثْنَتَانِ فِي بَعْضِ الْبِلَادِ وَاحِدَةٌ

فِي بَعْضِ الْبِلَادِ الطَّعْنُ فِي الْأَنْسَابِ

فِي أُخْرَى الْفَخْرُ بِالْأَحْسَابِ فِي ثَالِثَةٍ النِّيَاحَةُ فِي رَابِعَةٍ

الِاسْتِسْقَاءُ بِالْأَنْوَاءِ

الْمُهِمُّ أَنَّهَا مَوْجُودَةٌ فِي مَجْمُوعِ الْأُمَّةِ

أَرْبَعٌ فِي أُمَّتِي مِنْ أَمْرِ الْجَاهِلِيَّةِ

وَعِنْدَمَا يَقُولُ مِنْ أَمْرِ الْجَاهِلِيَّةِ أَيْ

مِنْ أَفْعَالِهِمْ وَخِصَالِهِمْ

يَعْنِي

أَخَذُوهَا مِنْ أَهْلِ الْجَاهِلِيَّةِ

قَلَّدُوا فِيهَا أَهْلَ الْجَاهِلِيَّةِ

اسْتَمَرُّوا فِيهَا عَلَى طَرِيقِ أَهْلِ الْجَاهِلِيَّةِ

وَبِئْسَتِ الْقُدْوَةُ الْجَاهِلِيَّةُ

وَجَعَلَ هَذِهِ الْأُمُورَ الْأَرْبَعَةَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ أَمْرِ الْجَاهِلِيَّةِ

أَيْ مِنْ فِعْلِ الْجَاهِلِيَّةِ مِنْ خِصَالِ الْجَاهِلِيَّة

الْفَخْرُ بِالْأَحْسَاب الطَّعْنُ فِي الْأَنْسَابِ

الِاسْتِسْقَاءُ بِالْأَنْوَاءِ الَّذِي هُوَ النُّجُومُ

ثُمَّ النِّيَاحَةُ

وَقَدْ جَاءَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوْ عَنْ رَبِّ الْعِزَّةِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى
..
قَالَ أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ

فَجَعَلَ كُلَّ حُكْمٍ دُونَ حُكْمِ اللهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى أَنَّهُ حُكْمُ جَاهِلِيَّةٍ

وَجَاء كَذَلِكَ فِي قَوْلِ اللهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى يَظُنُّونَ بِاللهِ غَيْرَ الْحَقِّ ظَنَّ الْجَاهِلِيَّةِ

أَيْ ظَنَّ أَهْلِ الْجَاهِلِيَّةِ

وَقَالَ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيّةِ

فَجَعَلَ هَذَا التَّبَرُّجَ تَبَرُّجَ جَاهِلِيَّةٍ يَعْنِي مِنْ صِفَاتِ أَهْلِ الْجَاهِلِيَّةِ

وَقَالَ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى وَجَعَلَ فِي قُلُوبِهِمُ الْحَمِيَّةَ حَمِيَّةَ الْجَاهِلِيَّةِ

وَكَذَلِكَ قَوْلُ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

أَدَعْوَةَ الْجَاهِلِيَّةِ وَأَنَا بَيْنَ أَظْهُرِكُمْ؟

فَكُلُّ مَا نُسِبَ إِلَى الجَاهِلِيَّةِ دَلَّ عَلَى أَنَّهُ مَذْمُومٌ

وَإِنَّمَا قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَلِكَ مِنْ بَابِ التَّنْفِيرِ

وَالتَّقْبِيْحِ لِهَذَا الْأَمْرِ

وَالْإِنْسَانُ بِطَبِيعَتِهِ لَا يُحِبُّ أَنْ يُنْسَبَ إِلَى الْجَهْلِ

لَا يُحِبُّ أَيُّ أَحَدٍ أَنْ يُنْسَبَ إِلَى الْجَهْلِ وَلِذَلِكَ يَقُولُ عَلِيُّ بْنُ أَبِي طَالِبٍ

حَسْبُكَ بِالْعِلْمِ

فَخْرًا

أَنَّهُ يَدَّعِيهِ مَنْ لَا يُحْسِنُهُ

وَحَسْبُكَ بِالْجَهْلِ مَذَمَّةً

أَنَّهُ يَنْفِرُ مِنْهُ مَنْ كَانَ مُتَلَبِّسًا بِهِ

يَتَبَرَّأُ مِنْهُ مَنْ كَانَ مُتَلَبِّسًا بِهِ

فَأَمْرُ الْجَاهِلِيَّةِ إِذًا

ذَكَرَ النَّبِيُّ ذَلِكَ وَنَسَبَهُ إِلَى الْجَاهِلِيَّةِ لِيُنَفِّرَ النَّاسَ

وَلِيُقَبِّحَ هَذَا الْفِعْلَ فِي أَعْيُنِهِمْ

 


Artikel asli: https://nasehat.net/hadis-yang-menakutkan-4-perkara-jahiliyah-syaikh-utsman-al-khamis-nasehatulama/